Surat Gembala Prapaskah Paskah 2017 Uskup Ruteng Bagian 1

Tanggal 23 Januari 2013, Paus Benediktus menjelang peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-47 menyampaikan, “Lingkungan digital bukanlah sebuah dunia paralel atau murni virtual, tetapi merupakan bagian dari pengalaman keseharian banyak orang teristimewa kaum muda.” 

surat gembala prapaskah paskah 2017 uskup ruteng bagian 1
Ruteng, Manggarai | Foto: Armin Bell

Dalam semangat tersebut, mulai hari ini, tanggal 13 Maret 2017, RanaLino.ID membuat satu kategori khusus yang diberi nama “Gereja” di menu “Jurnal” yang akan berisi dokumen-dokumen publik Gereja Katolik, baik Surat Gembala, Kotbah, dan lain-lain. Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2017 adalah posting-an pertama untuk kategori ini.

(Pesan Paus Benediktus tentang Jejaring Sosial dapat dibaca di tautan ini).

Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2017 Uskup Ruteng  sebanyak tiga halaman folio–diketik dengan jarak satu setengah spasi–dibacakan di setiap paroki di Keuskupan Ruteng sebagai pengganti kotbah, sekali dalam masa Prapaskah. Di RanaLino.ID, dokumen ini di-posting secara bersambung dalam tiga bagian secara berurutan, untuk kenyamanan membaca. Selamat menyimak bagian pertama ini.

Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2017 Uskup Ruteng

“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; Ia menusuk amat dalam dan memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum….” (Ibr 4:12).

Para Imam, biarawan/wati, dan seluruh umat Allah keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!

Sejak hari Rabu Abu, tanggal 1 Maret 2017, lingkaran tahun liturgi menuntun kita memasuki masa Prapaskah. Tentu saja hal ini bukanlah sekedar hal rutin yang terjadi yang terjadi dalam kehidupan menggereja. Tetapi kita sungguh ingin memasuki dan menghayati masa berahmat ini dengan semangat dan cara hidup yang baru.

Masa Prapaskah adalah titik awal, yang mengajak dan mendorong kita untuk memperbaharui hidup sehari-hari dalam kekuatan kerahiman Allah. Sebab seperti kata-kata Paus Fransiskus dalam surat gembala Prapaskah 2017:

Prapaskah adalah suatu permulaan baru, suatu jalan yang menghantar ke suatu tujuan pasti Paskah: kemenangan Kristus akan maut. Dan masa ini senantiasa menyerukan suatu undangan yang kuat kepada pertobatan: Seorang Kristiani dipanggil untuk kembali kepada Allah ‘segenap hatinya’ (Yoel 2:12), agar tidak berpuas diri dengan suatu kehidupan yang biasa-biasa saj, tetapi bertumbuh dalam persahabatan dengan Tuhan.

Apakah yang menjadi sumber kekuatan kita dalam upaya pertobatan tersebut? Manakah yang menjadi dasar pembaharuan hidup kita dalam masa Prapaskah? Paus Fransiskus menyatakan bahwa “dasar segalanya adalah Sabda Allah, yang dalam masa ini kita diundang untuk mendengarkan dan merenungkan secara lebih mendalam.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Bagi kita di keuskupan Ruteng, hal ini semakin menjadi lebih penting dan relevan, karena dalam tahun 2017 ini kita merayakan Tahun Pewartaan. Oleh sebab itu dalam masa prapaskah ini kami mengajak seluruh umat untuk sering membaca dan mendengarkan Sabda Allah dalam Kitab Suci, merenungkan dan meresapinya dalam hati, serta memancarkannya dalam kehidupan nyata.

Memang benarlah bila Sabda Allah yang menjadi dasar pertobatan dan pembaharuan hidup kita. Dalam Kitab Suci kita menemukan ajaran yang menuntun hidup ini, cerita iman yang menyentuh dan menggugah hati serta kidung yang mendendangkan kebaikan dan cinta Allah kepada kita.

Firman Allah membantu kita untuk menukan yang salah dan benar dalam kehidupan serta memperjuangkan keadilan dan kebaikan dalam masyarakat. 

Firman Allah sungguh menjadi dasar, sumber dan penuntun kehidupan kita. Karena itu pemazmur kita dapat berdendang, “FirmanMu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm 119:105).

Namun Sabda Allah itu membimbing kita bukan seperti sesuatu yang datang dari luar. Firman Allah itu tidak terletak di luar diri kita, tetapi sungguh-sungguh bersatu dengan kita. Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa, “Firman Allah itu sangat dekat padamu, yaitu dalam mulutmu dan dalam hatimu” (Rom 10:8). Nabi Yeremia memberi kesaksian, “Kudapatkan sabdaMu dan kuresapkan dalam diriku. Maka SabdaMu menjadi kesukaan dan kegembiraan hatiku” (Yer 15:16).

Pemazmur membandingkan Sabda ALlah itu dengan “manisan” yang dikunyah dan terasa manis seperti “madu” di langit-langit mulut (Mzm 119:103). Akan tetapi Sabda Allah tidak sekedar membuai hidup dan memberikan kenyamanan dalam hati, tetapi juga meresapi dan memurnikan yang hitam dan kotor dalam diri kita.

Firman Allah itu meneguhkan yang positif dalam diri kita, tetapi sekaligus mengkritik yang negatif. Dia mengembangkan apa yang indah dalam hidup kita, tetapi juga membasmi yang layu dan jahat dalam diri kita. Rasul Paulus menyatakan bahwa Sabda Allah itu ibarat “pedang bermata dua”, yang menusuk amat dalam, menyingkirkan yang jelek dan mengembangkan yang baik dalam diri kita (bdk. Ibr 4:12). (bersambung)

Catatan:
Surat Gembala ini dibacakan sebagai pengganti kotbah dari salah satu hari Minggu di masa Prapaskah. Di Gereja Katedral Ruteng, Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2017 Uskup Ruteng ini dibacakan pada Sabtu dan Minggu, 12 dan 13 Maret 2017. Terima kasih kepada Pastor Kapelan Katedral Ruteng RD Lian Angkur yang meminjamkan salinan Surat Gembala ini.